Sabtu, 08 Oktober 2016

FALSAFAH ILMU PENGETAHUAN

Pengertian Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi, dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi, cara menentukan validitas dari sebuah informasi, formulasi dan penggunaan metode ilmiah, macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan, serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
Salah satu konsep mendasar tentang filsafat ilmu adalah empirisme, atau ketergantungan pada bukti. Empirisme adalah cara pandang bahwa ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman yang kita alami selama hidup kita. Pernyataan ilmiah berarti harus berdasarkan dari pengamatan atau pengalaman. Hipotesa ilmiah dikembangkan dan diuji dengan metode empiris, melalui berbagai pengamatan dan eksperimentasi. Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.

Hubungan Antara Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Hubungan Antara Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dapat dijelaskan melalui tabel sebagai berikut:
Filsafat
Ilmu Pengetahuan
Objeknya luas dan universal
Objeknya terbatas
Mencoba merumuskan pertanyaan atas jawaban. Mencari prinsip-prinsi umum, tidak membatasi segi pandangannya bahkan cenderung memandang segala sesuatu secara umum dan keseluruhan
Segi-segi yang dipelajari dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti
Memberikan pemahaman mendalam, sebab-sebab terakhir
Memberikan pemahaman tentang sebab-sebab yang terbatas
Memberikan sintesis kepada ilmu pengetahuan
Menerima landasan kerja dari filsafat
Berfikir menyeluruh
Berfikir perspektif atau paradigmatik
Bertugas memberikan jawaban
Bertugas mengitegrasikan ilmu-ilmu

Persamaan, Perbedaan Filsafat dan Ilmu
Persamaan:
  1. Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya
  2. Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya
  3. Keduanya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan
  4. Keduanya mempunyai metode dan sistem
  5. Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia [obyektivitas], akan pengetahuan yang lebih mendasar.
Perbedaan:
  1. Obyek material [lapangan] filsafat itu bersifat universal [umum], yaitu segala sesuatu yang ada [realita] sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu
    Obyek formal [sudut pandangan] filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifatv teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita
  2. Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya
  3. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu
  4. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar [primary cause] sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder [secondary cause]

Manusia dan Ilmu Pengetahuan
Kemampuan manusia untuk menggunakan akal dalam memahami lingkungannya merupakan potensi dasar yang memungkinkan manusia Berfikir, dengan Berfikir manusia menjadi mampu melakukan perubahan dalam dirinya, dan memang sebagian besar perubahan dalam diri manusia merupakan akibat dari aktivitas Berfikir, oleh karena itu sangat wajar apabila Berfikir merupakan konsep kunci dalam setiap diskursus mengenai kedudukan manusia di muka bumi, ini berarti bahwa tanpa Berfikir, kemanusiaan manusia  pun tidak punya makna bahkan mungkin tak akan pernah ada.
Dengan berfikir manusia mampu mengolah pengetahuan, dengan pengolahan tersebut, pemikiran manusia menjadi makin mendalam dan makin bermakna, dengan pengetahuan manusia mengajarkan, dengan berpikir manusia mengembangkan, dan dengan mengamalkan serta mengaplikasikannya manusia mampu melakukan perubahan dan peningkatan ke arah kehidupan yang lebih baik, semua itu telah membawa kemajuan yang besar dalam berbagai bidang kehidupan manusia (sudut pandang positif/normatif).
Kemampuan untuk berubah dan perubahan yang terjadi pada manusia merupakan makna pokok yang terkandung dalam kegiatan Berfikir dan berpengetahuan. Disebabkan kemampuan Berfikirlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh dibanding makhluk lainnya, sehingga dapat terbebas dari kemandegan fungsi kekhalifahan di muka bumi, bahkan dengan Berfikir manusia mampu mengeksplorasi, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya. Semua itu, pada dasarnya menggambarkan keagungan manusia berkaitan dengan karakteristik eksistensial manusia sebagai upaya memaknai kehidupannya dan sebagai bagian dari Alam ini.
Dalam konteks perbandingan dengan bagian-bagian alam lainnya, para akhli telah banyak mengkaji perbedaan antara manusia dengan makhluk-makhluk lainnya terutama dengan makhluk yang agak dekat dengan manusia yaitu hewan. Secara umum komparasi manusia dengan hewan dapat dilihat dari sudut pandang Naturalis/biologis dan sudut pandang sosiopsikologis. Secara biologis pada dasarnya manusia tidak banyak berbeda dengan hewan, bahkan Ernst Haeckel (1834 – 1919) mengemukakan bahwa manusia dalam segala hal sungguh-sungguh adalah binatang beruas tulang belakang, yakni binatang menyusui, demimikian juga Lamettrie (1709 – 1751) menyatakan bahwa tidaklah terdapat perbedaan antara binatang dan manusia dan karenanya manusia itu adalah suatu mesin.
Kalau manusia itu sama dengan hewan, tapi kenapa manusia bisa bermasyarakat dan berperadaban yang tidak bisa dilakukan oleh hewan ?, pertanyaan ini telah melahirkan berbagai pemaknaan tentang manusia, seperti manusia adalah makhluk yang bermasyarakat (Sosiologis), manusia adalah makhluk yang berbudaya (Antropologis), manusia adalah hewan yang ketawa, sadar diri, dan merasa malu (Psikologis), semua itu kalau dicermati tidak lain karena manusia adalah hewan yang berfikir/bernalar (the animal that reason) atau Homo Sapien.



Sumber :
- https://afrizal.wordpress.com/2007/07/10/pengertian-filsafat/
- Tafsir, Ahmad.2007.Filsafat Ilmu.Bandung:PT Remaja Rosdakarya
- Adisasmita, Yusuf.1989.Hakekat, Filsafat dan Peranan Pendidikan Jasmani Dalam Masyarakat.Jakarta:Dirjen Dikti

METODE PENELITIAN



PENGERTIAN
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Menurut Titus Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuan.
       Penelitian atau riset berasal dari bahasa inggris research yang merupakan proses pengumpulan informasi dengan tujuan meningkatkan, memodifikasi atau mengembangkan sebuah
Penyelidikan atau kelompok penyelidikan.
Pada dasarnya riset atau penelitian adalah setiap proses yang menghasilkan ilmu pengetahuan. Menurut Fellin, Tripodi & Meyer Penelitian adalah suatu cara sistematik untuk maksud meningkatkan, memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan yang dapat di sampaikan (dikomunikasikan) dan diuji (diverifikasi) oleh peneliti lain.
Metode penelitian adalah suatu cara atau prosedur yang dipergunakan untuk melakukan penelitian sehingga mampu menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian. Beberapa pandangan metode penelitian secara umum menurut para ahli :
1.      Nasir (1988:51) =>Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan.
2.      Sugiyono (2004: 1) =>Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Tahapan-tahapan Penelitian
Pada umumnya suatu penelitian dapat diperinci dalam tujuh tahap yang mana satu sama lain saling bergantung dan berhubungan. Dengan kata lain, masing-masing tahap itu saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh tahap-tahap yang lain. Kesadaran terhadap keadaan ini membuat seorang peneliti lebih bijaksana  dalam mengambil keputusan pada setiap tahap penelitian. Adapun tujuh tahap itu sebagai berikut:
1.      Perencanaan
Perencanaan meliputi penentuan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu penelitian dan merencanakan strategi umum untuk memperoleh dang menganalisa data bagi penelitian itu.
2.      Pengkajian secara teliti terhadap rencana penelitian
Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap perencanaan. Disini disajikan lagi latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan penelitian, hipotesis serta metode.
3.      Pengambilan contoh (sampling)
Proses pemilihan sejumlah unsur dari suatu populasi guna mewakili seluruh populasi itu.
4.      Penyusunan daftar pertanyaan
Proses penterjemahan tujuan-tujuan studi kedalam bentuk pertanyaan untuk mendapatkan jawaban yang berupa informasi yang dibutuhkan.
5.      Kerja lapangan
Tahap ini meliputi pemilihan dan latihan para pewawancara, bimbingan dalam wawancara serta pelaksanaan wawancara.
6.      Editing dan Coding
Coding adalah proses memindahkan jawaban yang tertera dalam daftar pertanyaan ke dalam berbagai kelompok jawaban yang disusun dalam angka dan ditabulasi.
7.      Analisis dan Laporan
Meliputi berbagai tugas yang saling berhubungan dan terpenting pula dalam suatu proses penelitian.

Klasifikasi Metode Penelitian
Penelitian terdiri dari berbagai jenis. Berikut ini adalah pengelompokkan penelitian.
1.      Menurut Fungsi / Kedudukan
       a.         Penelitian Akademik (Mahasiswa S1, S2, S3), ciri/penekanan :
1.      Merupakan sarana edukasi
2.      Mengutamakan validitas internal (cara yang harus benar)
3.      Variabel penelitian terbatas
4.      Kecanggihan analisis disesuaikan dengan jenjang (S1, S2, S3)
       b.         Penelitian Profesional (pengembangan ilmu, teknologi dan seni), ciri/ penekanan :
1.      Bertujuan mendapatkan pengetahuan baru yang berkenaan dan ilmu, teknologi dan seni.
2.      Variabel penelitian lengkap
3.      Kecanggihan analisis disesuaikan kepentingan masyarakat ilmiah
4.   Validitas internal (cara yang benar) dan validitas eksternal (kegunaan dan generalisasi) diutamakan
       c.        Penelitian Institusional (perumusan kebijakan atau pengambilan keputusan), ciri/penekanan :
1.  Bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk pengembangan kelembagaan
2.      Mengutamakan validitas eksternal (kegunaan)
3.      Variabel penelitian lengkap (kelengkapan informasi)
4.      Kecanggihan analisis disesuaikan untuk pengambilan keputusan.
2.      Menurut Kegunaan
     a.     Penelitian Murni (Pure Research) atau Penelitian Dasar
     b.    Penelitian Terapan (Applied Research)
3.      Menurut Tujuan
     a.     Penelitian Eksploratif
     b.    Penelitian Pengembangan
     c.     Penelitian Verifikatif
     d.    Penelitian Kebijakan
4.      Menurut Pendekatan
     a.     Penelitian Longitudinal (Bujur)
     b.    Penelitian Cross-Sectional (Silang)
5.      Menurut Tempat
     a.     Penelitian Laboratorium: Eksperimen, tindakan, dan lain-lain.
     b.    Penelitian Perpustakaan: Studi dokumentasi (analisis isi buku, penelitian historis, dan lain-lain).
     c.     Penelitian Kancah atau Lapangan: Survei, dan lain-lain.
6.      Menurut Kehadiran Variabel
Variabel = hal-hal yang menjadi objek penelitian yang nilainya belum spesifik (bervariasi).
a.       Penelitian Deskriptif
b.      Penelitian Eksperimen
7.      Menurut Tingkat Eksplanasi
a.       Penelitian Deskriptif
b.      Penelitian Komparatif
c.       Penelitian Asosiatif
8.      Menurut Caranya
a.      Penelitian Operasional
b.     Penelitian Tindakan
c.      Penelitian Eksperimen (dari caranya)
9.        Menurut Metodenya (Jenis-jenis Penelitian)
a.       Metode Survei
b.      Metode Eksperimen
c.       Metode Expose Facto
d.      Metode Naturalistik/Alamiah
e.       Metode Tindakan
f.        Metode Evaluasi
g.      Metode Kebijakan
h.      Metode Sejarah/Historis
       Menurut pendekatan analisisnya
a.       penelitian kuantitatif 
b.      penelitian kualitatif

SUMBER :
Nazir, Mohammad (1999). Metode Penelitiaan. Jakarta: Erlangga
Arikunto, S (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Blog.ub.ac.id